Senin, 20 Oktober 2008

Mau dan Mampu

(MASALAH TUA DAN MUDA)

Ketika dahulu, saya paling senang meloncat dan memukul bola volley. Merasa tidak pernah letih karena menikmati kesenangan dan kebanggaan. Sayapun masing muda. Cukup tenaga untuk melompat. Kemaren saya coba lagi, ternyata loncatpun hanya beberapa inci, pukulan tak lebih seperti menepuk pundak. Saya hanya mampu tertawa kecil sambil meringis. Tak dapat berbuat banyak. Sementara yang lain ikut tertawa, "wah dah tua tak lagi mampu".

Contoh-contoh diatas yang paling mungkin dijadikan anutan orang-orang muda. Terutama ketika harus berhadapan dengan orang yang lebih tua. Contoh inipula yang sangat ampuh dijadikan alasan, "mengapa orang tua disebut renta, tak lagi dapat mengerjakan seperti dulu. Sedangkan yang muda pasti dianggap mampu, pengalaman, bukanlah soal". Ukuran tua dan muda tak jadi masalah. Yang tua mampu melakukan pekerjaan yang muda. Dan yang muda mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tua. Namun persaingan tidak begitu. diaras menang - kalah itulah kebijakannya. masih menginginkan mampu lari melintasi gunung tanpa henti, hingga sampai yang dituju. Tapi kemampuan rupanya tak mau tahu, baru melangkah sudah mulai lelah, nafas tersenggal, kepala berkunang-kunang. Letihpun cepat menyapa. Terpaksa duduk mengatur nafas.

Adakalanya keinginan dan kemampuan manusia tak lagi dapat seimbang. Seperti saya ketika saya masih berusia 20 an pernah ditolak untuk menduduki job tertentu, dengan alasan terlalu muda dan belum pengalaman, maka dengan ikhlas seiklhasnya penilaian tersebut saya terima dan hanyutlah kesempatan itu. namun ketika masuk pada usia 50 an saya pun ditolak dengan alasan sudah tua dan hampir padam apinya, sehingga harus diberikan kesempatan ini kepada yang muda. tadinya saya agak bingun, mungkin pula saya lahir dijaman yang salah. jaman ketika orang tua sangat dibutuhkan dan masuk pada jaman orang muda yang paling di butuhkan. dimasa peralihan itu saya hidup dan ditolak kedua madzhab.

Berilah aku sepuluh orang muda untuk menghancurkan gunung membumbung. Jangan beri aku seratus orang tua dan renta. karena mereka tak mungkin mampu. Itulah pepatah bijak. Masalahnya tidak selalu pada fisik, karena manusia hidup perlu punya pemikiran dan kebijakan. Urusan tua dan muda memang tak ada batas. hanya kebenaran putusan yang diinginkan.

Kasus terbaru masalah Hakim Agung, dianekdotkan memakai kursi roda. Ia pun dianggap sering ketiduran. Orang tua tak lagi cocok. Memang orang tua cepat letih. Harus diganti yang lebih muda. Padahal hakim perlu bijak bestari. Kesalahan memutus rugilah orang. Tapi orang tua nggak pernah protes. Ketika anggota Dewan terhormat banyak ditangkap. Padahal masih belia. sebutnya saja Anggelina Sondakh, Nazarudin dan seabreg tokoh-tokoh muda lainnya, bahkan yang paling menghebohkan Gayus dan teman-temannya.
Keserakahan tak ada batasnya, tak mengenal tua atau muda. Siapapun digoda. Baik tua maupun muda.

KH. Agus Salim tak lagi muda ketika ikut memerdekakan negeri ini. Mbah Tarjo sudah sering pake kursi roda ketika memipin rapat di MPR. Pak Permadi dikenal paling konsisten. Mereka tak lagi berumur muda. Tapi tetap eksis dan konsisten. Mereka terasa dimiliki rakyat. Namun ketika Pak Permadi mundur Ternyata bukan karena sudah tua,namun krena muak duduk di dewan. yang sudah penuh koruptor.

Urusan kepemimpinan bukan urusan tua dan muda. Bukan urusan dagang. karena bukan urusan komoditi. Tua Muda harus diukur dari smartnya memimpin. Berani memutuskan yang sulit. Punya ketepan dan kebijakan. Karena tak ada pemimpin perubahan dari orang yang berumur tua. Dan tak pernah ada Jendral yang bijak yang masih berumur muda. Tua muda masalah alamiah. Masalah kodrat. Bukan masalah politik.

Masalah kepemimpin mungkin bisa diukur. dari kemauan dan kemampuannya. jangan karena ingin yang muda, orang tua yang baik harus tersingkir. jangan pula karena perlu yang tua, regenerasi jadi terhalang. Karena masalah kepemimpin bukan sekedar urusan tua dan muda. Melainkan urusan mau dan mampu.

Gubrak ........ heheheheheheh. Aku ngigau lagi rupanya.

Jakarta, 13 Oktober 2008

Tidak ada komentar: