Senin, 13 Oktober 2008

Anak Malam


Bulan 2007 kemarin kebetulan rombongan biker's dan para para aktifis serikat pekerja dari kantor ngadain acara sahur on the road. Lumayan buat ngasah mata hati. Tepat Jam 00 rombongan jalan menuju Slipi trus ke Tanah Abang, lurus ke Harmoni. Di tempat ini mulai segerombolan orang-orang menghampiri rombongan, seperti biasanya mereka hampir langsung berebut bingkisan. Hanya saja ada beberapa temen yang nyuruh mereka berbaris satu persatu, sehingga jadi agak tertib.



Yang paling aneh, dari sekian jumlah para pengemis malam ternyata banyak anak-anak kecilnya, seusia anak SD. Mereka antri nerima bingkisan. Waduh, bisa bayangkan, mungkin anak-anak kita dirumah sedang pulas tidur, atau paginya mereka ribu soal baju lebaran, tetap dibelakang istana negara masih banyak anak-anak kecil yang mengemis ditengah malam menjelang pagi.

Pertanyaannya, apakah negara ini masih ada ?. Jika masih ada, mengapa mereka cuek terhadap nasibn anak-anak ini ?, karena bukankah menurut UUD 1945 anak yatim dan orang jompo ditanggung negara ? Trus apa gunanya ada wakil rakyat ? trus ....... waduh ..... pusing pala gue. Yu ulurkan tangan sedikit aja buat mereka.

Mungkin juga perlu ada sistim yang jelas yang dapat melindungi mereka. Jika saja dulu kita ribut untuk meningkatkan jatah pendidikan, tapi kenapa jatah mengurus anak-anak ini tidak disentuh ?. Mungkin juga kalo jatah pendidikan diperjuagkan oleh kaum terdidik, sehingga jelas dan tidak mungkin untuk ditolak. Tapi siapakah yang akan memperjuangkan kenaikan jatah anak-anak pengemis, apakah harus oleh para pengemis ?. Masalahnya mereka ini generasi penerus bangsa ini. Yaaahhhh, kecuali jika memang selamanya kita bercita-cita menjadi bangsa pengemis sehingga perlu melakukan kaderisasi pengemis.

Sekarang malah anak-anak itu bukan hanya kumpul didepan harmoni dan jalan veteran. Atau seperti lagu istana, tentang "yang diseberang istana". Tapi sudah mulai merambah di depan lapang menteng, di bawah ply over tanah abang menuju pejompongan, trus di depan taman mini square, wahhhh .... pokoknya banyak lagi, mereka sudah makin banyak, dari anak masih bayi merah sampai seusia remaja ............ .

Mereka adalah para wildan bagi negara ini .......... Bangunlah wahai para wakil ku ... singsingkan lengan baju ditanganmu .......... Sambil merenung aku mendengar lagu Iwan Fals ":Dan .... Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut, yang hanya berisi hayalan. !!!!


Jakarta
Ramadhan, Jum'at Minggu ke-3 - 2007

Tidak ada komentar: