Jumat, 28 September 2012

Tawuran

Dalam KOMPAS.com 28 September 2012 menyitir Anggota Komisi X DPR Rohmani menilai, maraknya tawuran di kalangan pelajar dan mahasiswa merupakan bukti gagalnya kebijakan pendidikan selama ini. Menurut dia, kebijakan pendidikan yang selama ini dibangun pemerintah terlalu berorientasi pada nilai atau akademik semata. Semua potensi pendidikan diarahkan untuk mengejar nilai ujian. “Tawuran yang terjadi saat ini adalah buah dari kebijakan pendidikan yang berorientasi pada score test. Sekarang kita memetik kebijakan yang selama ini dibuat pemerintah," kata Rohmani, Jumat (28/9/2012) di Jakarta. Ia mengatakan, anak didik yang lemah secara akademik akan termarjinalkan oleh sistem. Anak yang gagal ujian nasional dicap sebagai siswa yang bodoh. Seharusnya pendidikan tidak memberikan stempel pintar atau bodoh. Kesuksesan pendidikan tidak sebatas nilai akademik. "Ujian nasional patut dievaluasi. Telah melahirkan pelajar yang seperti ini. Tidak membangun karakter anak didik. Seharusnya pendidikan mengedepankan pendidikan karakter," katanya. Menurut Rohmani, pemerintah harus berani mengoreksi kebijakan yang selama ini mereka buat. Anak-anak yang terlibat tawuran adalah korban kebijakan pendidikan yang keliru. Mungkin ucapan Rohmani itu ada benarnya, namun bukankah ia sendiri memercik air didulang ?. karena siapapun tahu bahwa urusan pendidikan itu adalah juga urusan negara, termasuk tanggung jawabnya, bukan hanya pemerintah yang kadang kala harus terbentur minimnya anggaran.

Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya Mayjen TNI Erwin Hudawi Lubis mengatakan, pihaknya prihatin atas rentetan peristiwa itu. Menurutnya, kesalahan itu tak bisa dilempar ke pihak manapun, selain seluruh pihak yang terkait haru mengambil langkah tegas untuk antisipasi. "Saya sebagai Pangdam akan mengambil langkah terutama lingkungan Kodam Jaya. Saya akan perintahkan semua orang tua, termasuk pada keluarganya agar membina anak-anaknya," katanya di Jakarta, Kamis (27/9/2012). Menurut Panglima, langkah tersebut merupakan langkah internal yang bisa dilakukan. Sementara langkah eksternal, pihaknya akan berkomunikasi dengan instansi terkait. Komunikasi tersebut, terkait antisipasi gangguan keamanan di wilayah masing-masing, entah dengan pihak kepolisian, maupun perangkat RT, RW, Kelurahan hingga Kecamatan. Memang harus ada komunikasi dengan sekolah-sekolah tertentu, bagaimana membina murid-murid sekolah agar tidak mencontoh apa yang ada dan dilihat di televisi," tuturnya. Secara khusus, TNI telah memiliki program pembinaan generasi muda. Salah satunya bekerja sama dengan beberapa sekolah untuk melatih disiplin dan tanggung jawab pelajar terhadap tugas-tugasnya. Ia berharap, pembinaan mental semacam itu menjadi program khusus bagi seluruh generasi muda di Indonesia. Akan tetapi yang perlu dipikirkan, jangan lagi anak-anak dilatih militeristik yang kental pada sifat feodalistik, seperti menerapkan stratifikasi Senior dan Yunior, setiap yunior harus mengormati senior hanya dengan alasan lebih dahulu atau lebih tua. Sama halnya dengan menghidupkan kembali perpeloncoan yang sering memakan korban jiwa, atau para yuniornya

Dalam ramainya kisah tawuran ini KPAI menghimbau agar aparat penegak hukum perlu menelusuri adanya spekulasi dan rumor tentang aspek bisnis dan kepentingan kapital dibalik kasus tawuran dan kekerasan antar pelajar ini," kata Asrorun di Gedung KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (27/9/2012). Menurut KPAI, seharusnya lingkungan di sekitar sekolah diberi ruang yang cukup luas agar peserta didik dapat menimba ilmu dengan nyaman. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Lingkungan di sekitar sekolah saat ini makin dipadati dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi, di antaranya terdapat mal-mal. KPAI menganjurkan perlu dikenali pola-pola kaderisasi yang dilakukan alumni dan atau kakak kelas kepada adik kelasnya, antara lain melalui Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB). Sementara penyelesaian di tingkat institusi, salah satunya adalah mensterilisasi pelaksanaan MOPDB dari "virus" kekerasan.

Saya hanya melihat adanya beberapa kejanggalan didalam cara para pihak menangani permasalahan pelajar, semuanya menginginkan serba instans, melihat dari kaca mata dan kepentingannya masing-masing. Padahal jika saja mau menoleh kebelakang, mungkin akan melihat hilangnya spirit pembelajaran mau keterpelajaran, baik menyangkut hakekat sebagai manusia maupun sebagai suatu bangsa. Atau melihat dari hilangnya pelajaran Sejarah Bangsa dan Budi Pekerti. Karena semua siswa dan mahasiswa saat ini dipaksa untuk melatani konsep pendidikan ala kaum kapitalis yang serba materiatis untuk melayani dan menunjang eksistensi kapitalisme. Model pendididkan demikian memang akan dapat menghasilkan para tukang akhli, namun akan menghasilkan pula manusia yangt gersang akan makna hidup dan kesepian, inilah biang kegagalan pendidikan kita.

Tidak ada komentar: