Kamis, 24 April 2008

TENTANG TAQDIR

Pada artikel terdahulu telah dijeaskan mengenai masalah TAQDIR serta hubungan dengan masalah FITRAH. Dalam teologi islam dikenal tiga aliran teologi yang direfleksikan di dalam kelompok-kelompok aliran Mu’tazilah ; Maturidi ; dan Al-asy’ari. Namun demikian masih ada beberapa aliran yang satu sama lain memiliki perbedaan dan disisi lain memiliki persamaan.

Pendapat pertama, meyakini setelah alam diciptakan maka Tuhan tidak ikut campur, karena  proses alam terjadi menurut hukumnya sendiri atau akibat yang dilakukan penghuninya (manusia atau hewan).

Konsep ini merupakan dasar yang melahirkan pandangan kebebasan manusia., yakni : Manusia memiliki kebebasan untuk melakukan apa saja tanpa ada intervensi tangan Tuhan (free will dan free act). Menjelaskan pula posisi manusia dengan alam sejajar atau berhadapan. – (Teologi dalam Islam yang menggunakan faham ini disebut Qodariyyah yang diikuti oleh kaum Muztazilah).

Manusia berbuat patuh atau tidak patuh atas kehendaknya sendiri. Daya untuk mewujudkan kehendak terdapat dalam diri manusia sebelum ada perbuatannya. Perbuatan manusia tidak diciptakan Tuhan melainkan sebagai upaya manusia sendiri. Manusia adalah makhluk yang bisa memilih.

Pertanyaan : (1). Lantas siapakah yang mewujudkan perbutan manusia, daya manusia atau daya Tuhan ?. aliran ini menyatakan bahwa daya tersebut sebagai upaya manusia, tergantung bagaimana manusia mengupayakannya.

(2) Apakah daya manusia untuk mewujudkan perbuatannya ataukah daya Tuhan ?. Tuhan membuat manusia sanggup mewujudkan perbuatannya. Tuhan menciptakan daya di dalam diri manusia dan pada daya inilah bergantung wujud perbuatan itu, dan bukanlah yang dimaksud bahwa Tuhan membuat perbuatan yang telah dibuat manusia.

Pendapat kedua dari meyakini pasca penciptaan alam semesta juga berasal refleksi atau kehendak dan tindakan Tuhan. Gagasan ini dianggap melahirkan fatalisme : “semua tindakan yang dilakukan manusia tak lain merupakan cermin kehendak dan tindakan Tuhan”. (Jabariyyah) –

Manusia dalam kelemahannya banyak tergantung kepada Tuhan. Bahwa sesuatu terjadi dengan perantaraan daya yang diciptakan dan dengan demikian menjadi perolehan bagi orang yang menimbulkan dayanya. Seluruh perbuatan manusia diciptakan Tuhan sendiri. Tuhan menghendaki apa yang dikehendakinya.

Pendapat ketiga, beranggapan bahwa pasca penciptaan alam Tuhan tidak sepenuhnya menintervensi kehidupan manusia namun juga tidak sepenuhnya mengendalikan kehidupan manusia. Dalam batas dan kondisi tertentu Tuhan mengintervensi proses alamiah, berarti juga campur tangan terhadap kemutlakan kebebasan manusia.

Dalam konteks ini manusia tidak sepenuhnya dapat merealisasikan kehendaknya namun ia tidak pula dikekang. Kekebasan manusia dikombinasikan dengan kehendak Tuhan. Dalam paradigma ini fenomena alam dipersepsikan secara moderat pada dua kemungkinan, dapat merupakan perbuatan manusia atau sebagai kreatifitas (takdir)  atau kehendak Tuhan. Dari teologi jenis ini uncul persepsi, bahwa : Bencana alam adalah teguran dari Tuhan (Dalam Teologi islam dikatagorikan pada teologi Asy’ariyah).

Faham ini berpendapat, bahwa : perbuatan manusia diciptakan Tuhan seluruhnya – namun dalam perkembangannya (al-Baqillani) berpendapat : manusia mempunyai sumbangan yang efektif bagi perbuatannya. Yang diwujudkan Tuhan adalah gerak yang  dimiliki didalam diri manusia sendiri. Dengan kata lain, gerak dalam diri manusia mengambil berbagai bentuk,  seperti : duduk, berdiri, berbaring, berjalan sebagainya. Jenis-jenis gerakan tersebut diciptakan Tuhan. Tetapi bentuk duduk, berdiri dan berbaring adalah keinginan manusia. (Wallahuallam)




Tidak ada komentar: