Kamis, 10 April 2008

SUARA HATI


Masing-masing orang bertindak sesuai den
gan Kebiasaannya,
tetapi Tuhan mengetahui benar siapa yang terpimpin jalanya.
Untuk tetap dijalan-Nya,
manusia perlu mendengarkan
Suara hatinya,
karena Suara Hati adala
h gejala spiritual,
ia bukan rutinitas dari suatu ritualitas
, suara hati
senantiasa menuntut manusia diaras kebaikan.
kaum spititualis menyebutnya sebagai suara Tuhan.

Seorang spiritualis mengisahkan tentang kesahihan intuisi yang dialami Eliyas, pemilik perusahaan pengekspor hasil bumi. Ketika itu perusahaan Eliyas sedang menangguk untung besar dari hasil ekspor minyak nilam, tiba-tiba Eliyas berpikiran lain, : “harga dan pasaran minyak nilam tak mungkin dapat bertahan lama sehingga perlu dipersiapkan komoditi pengganti“. Eliyas mengajukan usulan proyek kepada rekan kerjanya, namun ditolak dengan alasan : “tidak mungkin harga minyak nilam jatuh dan permintaan akan turun, berdasarkan data perusahaan sampai saat ini masih menunjukan banyaknya permintaan dan kontrak pembelian dengan harga yang cukup tinggi“. Namun Eliyas yakin suara hatinya benar - ia tak terlalu mengubris alasan itu . Perlahan-lahan mengalihkan investasinya dan mempersiapkan casiavera sebagai cadangan komoditi ekspor unggulan.

m yang selama ini melakukan pembelian dari perusahaan Eliyas - memohon maaf tidak dapat melanjutkan pembeliaan, karena para pengguna akhir sudah mendapatkan minyak nilam dari India yang jauh lebih murah.
Sebulan kemudian datang broker minyak nila

bangkrut, ia pun memohon kontraknya dihentikan. Rekan-rekan Eliyas sangat terpukul - karena minyak nilam satu-satunya produk unggulan - penjualannya sangat tergantung pada seorang broker – tidak disangka akan terjadi pemutusan kontrak secara mendadak - digudang masih banyak stock minyak nilam dan investasipun sudah banyak dikeluarkan - jika tidak dapat kontrak baru maka dalam jangka pendek perusahaan bangkrut.
Dari kondisi ini sang broker terancam

iasanya, hanya saja komoditi ekspor unggulan adalah casiavera, bukan minyak nilam.
Dalam situasi tersebut Eliyas tetap tenang - karena telah menyiapkan casiavera sebagai pengganti ekspor, bahkan sudah menerima permintaan resmi dari lebih satu broker. Akhirnya sambil mencari broker minyak nilam lainnya, selang beberapa saat rekan-rekannya ikut bergabung - perusahaan dapat berjalan sebagaimana b

seluruhnya bisa dipersalahkan. Putusan untuk mempertahankan eksistensi sebagai eksportir minyak nilam menyandarkan pada kajian dan data-data permintaan yang setiap bulan terus meningkat. Adalah wajar jika analisis yang mereka lakukan menggunakan data-data yang telah ada, karena itulah hukum besi dari cara bepikir rasional.
Sebenar rekan-rekan bisnis Elyas tidak

Cara berpikir vertikal atau konvensional, mendasarkan pada judgment (pandangan, pendapat) : suatu sistim berpikir yang melihat kebelakang ; atau berdasarkan pada pengalaman masa lalu. Namun pengalaman menyatakan, para ilmuwan atau para pencari solusi menemukan ilmu-ilmu baru dilakukan melalui pengembangan cara berpikir lateral atau cara berpikir seperti air - “Water Logic”, ia tidak berhenti hanya berdasarkan pada pengalaman yang telah ada, melainkan keluar dari cara berpikir yang biasanya dan mengilkuti intuisi, atau bisikan-bisikan hati yang ia terima, kemudian ia lakukan dan dijadikan suatu eksperimen.


Demikian pula dalam kasus Elyas, saya yakin rekan-rekan bisnis Elyas sebelumnya sudah menerima bisikan suara hati atau intuisi bisnis - tentang perlunya mewaspadai ketergantungan terhadap satu broker. Harusnya mereka percaya pada intuisi bisnisnya atau yang disebut suara hatinya.

Sebagai bisnisman ia mengetahui hukum fluktuasi dalam kehidupan, namun meyakini dan mempercayai adalah masalah lain, yang lahir dari kehendak dan kemauannya.
Dalam kasus ini Elyas makin menyadari, dalam berbisnis tidak seharusnya hanya mengandalkan otak namun juga intuisi atau kecenderungan spiritual.

as dapat berpikir tentang hal-hal diluar kebiasaan. Bagi sebagian orang yang sangat rasional dan tidak paham dengan suara hati, bisikan suara hati disebut irrasional, mistis, tak perlu dituruti, karena hanya penghalang dalam mengambil keputusan. “Jika bisa sebaiknya dibuang dan jangan dipercaya”.
Dari cerita diatas ada peristiwa yang mengilhami tindakan penyelematan yang dilakukan Eliyas, yaitu bisikan suara hati dan menggunakan berpikir lateral. Eliy

terhadap suara hatinya, sama ragunya dengan para analis dalam menganalisa tanpa data dan peristiwa. Untuk mengenalkan perlu ada cara yang tepat, berbentuk pengetahuan tentang cara menyambut dan mengenali suara hati. Sebab tanpa keyakinan suara hati hanya membekaskan keraguan yang berperang didalam bathin.
Bagi sebagian orang lainnya, suara hati merupakan tuntutan yang datang melalui bisikan-bisikan hati – sang mursyid. Memang adakalanya manusia ragu
.

Dari Kasus lain

Ada kasus yang cukup unik dikisahkan oleh salah seorang kordinator dan pengawas pelatihan, ceritanya berkisar disekitar para pelatih dan rekannya disuatu perusahaan yang sama. Cerita ini kemudian ia jadikan data kajian untuk mengetahui eksistensi perilaku pelatih terhadap materi pelatihan perilaku.

si YENI. Seperti biasanya masalah isue atau sekedar omong-omongpun dilontarkan, tidak ada tujuan apa-apa, karena hanya sekedar istirahat. Namun entah apa masalahnya tiba-tiba perbincanganpun sampai pada persoalan si YONO, salah satu pelatih yang kebetulan waktu itu tidak ada ditempat.
Ketika itu, serombongan pelatih berkumpul untuk sekedar beristirahat dan melepas lelah ditengah kesibukan latihan. Rehat tersebut dilakukan di tempat hiburan karaoke, kegiatannya dikoordinir oleh salah satu pelatih perempuan, sebut saja

yang hadir berubah menjadi kebencian. Si YONO dikesankan orang jahat dan biadab, tak bermoral dan cabul. Ketika itu semua orang menjadi percaya, karena selain cara menceritakannya yang meyakinkan si YENI juga dianggap perempuan yang memiliki kadar intelektual cukup lumayan, ia pandai memperlihatkan rasa iba.
Dengan penuh antusias si YENI menceritakan bahwa si YONO adalah paranormal dan dapat memata-matai siapa saja. Cerita pun bagi

i sangat tenang. Konon kabar si YONO malah mendekati si YENI seolah-olah tidak ada masalah, bahkan ia berbuat baik dan berupaya untuk tidak menyakitinya.
Entah bagaimana caranya, peristiwa ini sempat diketahui si YONO, namun diluar dugaan si YONO yang biasanya bertemperamen tinggi menjad

nyak teman wanita. Saya akan meninggalkan dia jika dia sudah kelepek-kelepek”. Si YONO menanggapi dengan senyum, tenang dan percaya apa yang diceritakan si YENI. Demikian pula kisah-kisah laki-laki lain yang diceritakan si YENI, hingga akhirnya si YONO punya pandangan sendiri tentang si YENI, iapun tetap bersikap tenang.
Pertemuan sering dilakukan, mereka sering berbagi cerita, bahkan si YENI menceritakan tentang hubungannya dengan si YADI, ia bilang : “saya hanya mau menggoda dia karena dia merasa menjadi laki-laki yang paling hebat dan ba

si YONO ?”. Pendapatpun tak lepas dari masalah persepsi, biasanya kesan baik atau buruk terbentuk ketika melakukan kontak pertama, baik pandangan langsung atau berita pertama. Demikian juga persepsi mereka yang telah terbentuk ketika mendapat kesan pertama dari cerita si YENI. Persepsi yang salah biasanya akan terkalahkan ketika ada bukti dari peristiwa yang sebenarnya.
Pada babak berikutnya, para pelatih lain yang juga teman-teman si YONO praktis memperhatikan perilaku si YONO, “apakah benar cerita tentang

menemukan data yang membingungkan. Pertama, perilaku si YONO ternyata tidak sebagaimana yang diceritakan si YENI, sangat bertolak belakang dari kesan yang dilihat dan didengar masing pelatih. Kedua, pada setiap memberikan pelatihan diluar kota si YENI malah lebih lekat dengan si YADI, salah seorang pelatih, sudah jauh seperti cerita suami istri. Ketiga, si YENI sangat menyenangi dinas ke luar kota, dan ia akan sangat menikmati suasana dan hubungannya dengan laki-laki lain. Seperti biasanya dinas luar adalah kesempatan bebas, sama seperti anak-anak ABG yang mendapat ijin Camping dari orang tuanya. Keempat, si YENI sering pulang malam, padahal untuk urusan kantor yang bisa ditunda pun dianggap penting. Kelima, si YENI sering kelihatan rantang runtung di tempat hiburan, bahkan mulai beredar kata-kata sinis dari sesama perempuan : “kok, enak ya bisa hiburan terus, …. pulang tengah malam, padahal anaknya dirumah hanya dititipkan pembantu ………”. Dalam menanggapi isue ini si YENI masih sempat menjawabnya dengan kata-kata yang membanggakan diri tentang keberaniannya memilih hidup bebas.
Rentang perjalanan waktu mereka malah

is, bagi siapapun terasa aneh dan menakutkan, bahkan kasus ini dianggap sangat rahasia dan hanya boleh diketahui kalangan tertentu.
Memang tidak seluruh temuan kordinator pelatihan tadi dituangkan dalam tulisannya, namun ia hanya mengambil peristiwa yang dianggap penting dan berhubungan dengan materi yang akan dirumuskannya. Selain menganggap kurang et

h ada penekanan dari pihak luar, atau memiliki kelain jiwa ?. kedua, kondisi pemikiran apakah para pelatih akhirnya mengambil kesimpulan diluar dari persepsi yang pertama ?, bahkan melebihi informasi peristiwa jauh dari yang diharapan ?.
Dari cerita tersebut keanehan yang menjadi pertanyaan, pertama, kenapa si YONO yang bertemparemen tinggi tiba-tiba sabar, apaka


Dari temuan lainnya, baik berdasarkan obrolan langsung dengan si YONO maupun dari rekan-rekan si YENI diketahui, ketika si YONO mengetahui obrolan si YENI tentang dirinya merasa sangat marah, memang wajar.


Pada tingkat kemarahan yang sangat tinggi tiba-tiba ia merasa prustasi, lantas kehilangan kekuatan pikirannya, iapun hanya bisa pasrah dan ikhlas. Mungkin inilah yang disebut Zero Mind. Namun dari kepasrahan dan keikhlasannya tersebut, ia menemukan ketenangan yang sangat luar biasa, bahkan dapat berpikir dan memaknai setiap peristiwa yang ia alami. Dalam hatinya ia bergumam : “mungkin ini ujian Tuhan atas perilaku kerasnya”.


Dari rasa ikhlas dan pasrahnya ia pun tak lagi takut menghadapi permasalahan yang memang sangat rumit“….. apakah karir dan hubungan dengan rekan-rekan akan menjadi rusak karena si YENI atau sebaliknya”, semua ia serahkan pada keadaan. Tiba-tiba ia merasakan dorongan hati untuk bersikap tenang dan tidak menanggapi, iapun harus membuktikan dengan perilakunya bahwa ia tidak sebagaimana yang dipersepsikan negatif. Keputusan tersebut memberi keyakinan, disuatu hari akan terbukti cerita si YENI salah dan orang akan tahu dibalik peristiwa yang sebenarnya.


Persepsi selanjutnya menjadi terbalik, bahkan para pelatih memiliki sinyalemen sendiri, bahwa perilaku dan persangkaan si YENI adalah suatu cara untuk menutupi perilaku yang sebenarnya. Kesan si YONO mengejar-ngejar si YENI ditafsirkannya sebagai cara meningkatkan nilai tawarnya, seolah-olah memiliki pendirian yang teguh dan sulit dijamah, padahal hanya untuk menutupi hubungannya dengan salah seorang pemimpin dan lelaki lain. Tidak cukup sampai disini, karena secara kasat mata melihat perilaku si YENI yang dianggap sudah jauh menyimpang maka persepsipun berubah.


Tindakan-tindakan yang dilakukan si YONO dalam menangani kasus ini ditafsirkan dibimbing oleh suara hatinya, dalam bentuk tuntutan ketika ia harus bertindak, dan mengambil keputusan untuk tidak melakukan perlawanan. Suara hati si YONO pun menjadi kalkulator jiwanya dari akibat yang akan terjadi, seperti ketika ia mengambil keputusan pada saat menanggapi persangkaan, karena dengan cara melakukan pembelaan maka hanya akan memancing kecurigaan orang lebih dalam.


Demikian pula terhadap persepsi yang akhirnya disimpulkan oleh rekan-rekannya, mereka dapat memilih mana yang baik dan mana yang salah. Suara hati si YONO telah membawa pada suatu kebenaran, ternyata si YONO tak perlu menjelaskannya dengan kata-kata, akhirnya orang lain mengetahui peristiwa yang sebenarnya. Sampai saat ini si YONO hidup tenang dan bergaul seperti biasanya, ia pun makin yakin dengan eksistensi suara hatinya.

Menjaga kejernihan hati merupakan syarat penting jernihnya Suara hati. Kejernihan hati membentuk Qalbu yang bersih. Qalbu ibarat cermin, yang dapat memantulkan perilaku manusia. Sama dengan melihat kecantikan manusia yang muncul dari dalam dirinya, bukan pulasan make up atau pupur pembuat kecantikan.

Menjaga kejernihan suara hati dapat dilakukan melalui perbuatan yang mengandung nilai kebaikan dan kebenaran. (***)

Ende, Juni 2006






Tidak ada komentar: