Senin, 13 Oktober 2008

Calon Legeg

Sama dengan tahun-tahun yang lalu setiap lebaran pasti pulang kampung. Biasanya diisi dgn berbagai macam obrolan, dari masalah yang basa basi sampai bener-bener serius. Kalo kebetulan ada politikus lokal, biasanya obrolan pun makin seru. Pihak yang lagi berkuasa banyak cerita tentang keberhasilan perubahan, sedang dari yang kalah cerita tentang berbagai macam kelemahan penguasa. Memang itu hukum alam, dari suatu proses dialektika perilaku penguasa dan pihak yang pingin jadi penguasa.

Dari cara-cara menjual program dan kemauannya dibandingkan dengan masa lalu, saya pikir sangat berbeda. Sekalipun memang ada yuang sedikit munafik, tapi kalau dulu sangat kritis membicarakan ideologi dari masing-masing petarung. Mereka agak menjauhkan diri dari ngomong masalah kepentingan pribadi, bahkan sangat sulit untuk membicarakan perkiraan jumlah suara yang akan memilihnya. Karena biasanya pula, masalah jumlah suara ada yang ngatur, itu bagian para pemikir strategi.

Namun sekarang, bukan program yang dibicarakan dan ditawarkan, tapi langsung ngitung-ngitung jumlah suara, sama seperti para penagih sumbangan kepada para donatur, seolah hak dia agar kita mencoblos tanda gambar atau potretnya. Dan kewajiban kita untuk mencoblos dia. Mungkin mereka lupa jika mereka tidak memiliki barang dagangan, kecuali keinginan untuk duduk di legislatif. Memang tragis..... atau bisa jadi ini suatu pembuktian teori yang menyatakan, bahwa : "segala sesuatu harus menghasilkan eksistensi material."

Saya jadi ngeri, jangan sampai keinginan untuk menjadi anggota legislatif itu hanya sarana mencari nafkah. Sama dengan para pencari kerja lainnya. Konon kabar jabatan lefislatif adalah jabatan amanah. Jadi amanah apa yang akan disampaikan oleh mereka yang berpikiran demikian ?. Tapi mungkin juga mereka nggak salah .... karena sesungguhnya mereka pun menyampaikan amanah hati nuraninya sendiri.... bukan hati nurani rakyat.

Kampanye saat ini masih berlangsung ........ banyak caleg yang sudah mengeluarkan biaya untuk beli spanduk, kaos, nraktir makan dan memberi sumbangan sarana ibadah, kelompok pemuda, dan lain-lainnya. Namun mudah-mudahan biaya yang telah mereka keluarkan itu tidak dibebankan kepada rakyat, melalui cara-cara yang kurang baik nantinya.

Selamat berjuang.

Tidak ada komentar: