Minggu, 14 Februari 2010

Istiqomah

Kisah pengabdian manusia kepada sang khaliq, terutama ketika ia harus meyakinkan kebenaran universal tak selamanya berbuah manis didunia kecuali bagi mereka yang mampu memaknainya. Demikian pula dalam keseharian kita sebagai khalifah didunia ini sesekali tak luput dari apa yang disebut nestapa dan dinistakan.

Keniscayaan untuk terjadinya dialektika dalam jiwa dan realitas seorang pemimpin, sebagai layaknya suatu nilai yang mapan harus dirubah dengan nilai-nilai baru yang kita anggap benar, kemudian diuji kembali pada masa tertentu dengan nilai-nilai lainnya. Adakalanya kita menutut orang lain atau orang-orang yang ada disekitar kita untuk memiliki pemikiran yang sama. Jika terjadi pertentangan nilai tak jarang kita pun harus frustasi atau mengeluh.

Didalam sejarah perjalanan kenabian sesungguhnya sangat jarang kita temukan cerita seorang nabi yang langsung diakui umatnya sebagai nabinya. Kerap dinistakan, diperangi, dilecehkan, dan seabreg perlakuan-perlakuan yang diluar batas kemanusiaan.

Peristiwa banjir di jaman Nabi Nuh banyak dikisahkan dalam hampir seluruh kebudayaan manusia. Penolakan umat Nuh terhadap nasehat dan peringatannya, berikut reaksi-rekasinya terhadap risalahnya semua diceritakan dengan sangat detail dalam banyak ayat al-Qur’an. Pada kahir cerita memang apa yangdi risalahkan Nuh terbukti, banyak umatnya yang musnah, termasuk seisi alam, kecuali mereka yang ikut menaiki Bahtera yang dibuat Nuh.

Dari kisah itu saya melihat ketabahan Nuh, bahkan ketika Kanaan anak Nuh tidak mempercayai risalahnya maka Nuh pun harus merelakannya, hingga anak Nuh itupun tenggelam di sapu banjir.

Kisah lainnya tentang Nabi Luth dan ummatnya. Dalam cerita sodom dan gomorah diceritakan tentang ketidak percayaan istrinya sendiri. Ketika Luth atas perintah Tuhan meninggalkan kotanya, maka sang istri tercinta pun meninggal karena ketidak percayaannya.

Didalam cerita lainnya pun banyak kisah-kisah tentang pertentangan ini. Memang yang paling berat dirasakan ketika ia harus berhadapan dengan ketidak percayaan lingkungan terhadapnya. Tapi itu adalah pilihan, dalam paradigma lainnya disebut ujian.

Ujian bagi para pemimpin di jaman modern tak juga ringan. Bagaimana dorongan keluarga untuk dapat hidup layak atau menuntut lebih dari pada apa yang diterimanya. Wajar jika ini terjadi jika melihat orang-orang setingkatnya bisa hidup mewah. Tapi tak jarang pula banyak pemimpin yang memilih hidup seadanya, sesuai dengan apa yang ia dapatkan secara khalal.

Masalahnya saat ini, apakah kita mampu membaca tanda-tanda jaman tentang kebenaran yang diyakini ?. Mampukah kita istiqomah terhadap godaan-godaan dari lingkungan untuk tetap berada di rel yang lurus. Tentunya hidup adalah piliha, tergantung mana yang anda pilih, jalan kebenaran kah atau kebahagiaan sesaat. Walahuallam !!!!!!!!

Tidak ada komentar: