Sekalipun Tuhan tidak menyukai ucapan yang buruk,
namun akan sangat memaklumi
bahkan mengabulkannya
jika dilakukan oleh orang yang didzalimi.
Maka bagi orang yang didzalimi,
berdo’alah kepadanya.
Ketika Musa dan kaumnya dikejar pasukan Fir’aun. Tak lagi tahu jalan mana yang akan dipilih. Dibelakang Musa berjejer pasukan Fir’aun, langkahpun menjadi surut dan terhenti, karena dihadapannya terpampang laut luas, tak ada perahu dan tak ada apapun alat penyebrangan. Musa hanya bisa berdo’a, memohon pertolongan Tuhan. Tongkat Ia ketukan, lantas laut pun terbelah. Musa dan kaumnya menyebrang tanpa hambatan. Seakan berjalan di tanah biasa. Sampai diseberang, laut menutup kembali dan pasukan Fir’aun terkubur hidup-hidup.
Demikian pula Ibrahim, ketika kayu penyala api disiapkan pasukan Namrudz, Ia pun di arak lalu dipancang ditengahnya. Ibrahim hanya mampu berdo’a, Ia meminta pertolongan Allah. Ketika api dinyalakan menjilat langit, hingga api padam kembali, api pun tak mampu menjilat tubuh Ibrahim dan tak terbakar sedikitpun, tak juga seutas rambutnya yang hangus, hingga Ia keluar dengan selamat. Pasukan Namrudz bubar ketakutan, Ibrahim lantas tenang menyebarkan mengabaran Tuhan.
Cerita-cerita diatas dituturkan tiga agama samawi, diyakini sebagai nabi penyebar kebajikan dan pengabar keesaan Tuhan. Bahkan Ibrahim diakui sebagai Bapak dari nabi-nabi agama Tawhid - pengajar keesaan Allah. Dari penuturan tersebut menggambarkan, betapa kekuatan dan kedahsyatan do’a dapat mengalahkan kekuatan manusia, sekuat apapun dan seperkasa apapun. Do’a adalah do’a, suatu cara yang hanya layak dipanjatkan kepada Tuhan, Allah, sang Khaliq, yang menciptakan Alam dan menghendaki kita ada.
Do’a adalah asset spiritual terbesar didunia, sering dijadikan sarana membantu proses penyembuhan. Dengan berdo’a manusia dapat menenangkan jiwa, menurunkan tingkat ketegangan ketingkat yang lebih tenang dan menyejukan. Dengan berdo’a, air yang berada dalam tubuh manusia akan lebih mudah membawa dan mengeluarkan sisa sari makanan, sebab do’a akan membawa molekul air yang sebelumnya berukuran besar menjadi lebih kecil. Dengan demikian sari makanan akan didistribusikan sampai keseluruh tubuh dan limbah atau racun akan lebih mudah dikeluarkan oleh tubuh.
Do’a yang bermakna spiritual akan memberi efek lebih kuat dan cepat untuk penyembuhan. Dalam hal ini, bukan berarti do’a untuk agama tertentu saja, tetapi untuk semua agama. Penelitian yang dilakukan Duke University mencatat, bahwa : dari 1.000 pasien depresi yang harus menjalani rawat inap, ternyata yang tekun berdoa dapat membebaskan diri dari depresi dibandingkan dengan yang tidak pernah berdo’a. Manusia yang berdoa mampu meredakan irama nafas serta menurunkan detak jantung dan tekanan darah.
Do’a dipanjatkan oleh makhluk yang merasa dirinya lebih rendah kepada yang menciptakannya. Do’a juga merupakan penyambung antara seorang hamba dan Tuhannya. Bila seseorang berdo’a kepada Allah dan meminta pertolongannya maka Allah selalu berada didalam hatinya. Pendo’apun merasa tenang, tentram dan terlepas dari himpitan derita. Perasaan lega biasanya disusul rasa gembira. Do’a merupakan senjata orang yang beriman, tanpa berdo’a orang diniscayakan sombong dihadapan Tuhan.
Seseorang boleh meminta apa saja dalam berdo’a yang menurutnya baik. Seorang ibu senantiasa mendoakan yang terbaik bagi anaknya, dalam keadaan apapun bahkan dalam kondisi apapun. Bisa saja seorang ibu mendo’akan anak yang sangat menyusahkannya, : “Ya Allah, aku ikhlas anak ku mati dari pada ia terus menerus menyusahkanku”. Namun penolakan atas doa-doanya harus dipahami sebagai kebaikan Allah, karena Allah sangat mengetahui kebaikan dan ukurannya yang hakiki.
Imam Al-Ghazali mengisahkan :’Umar Bin Khatab r.a berkata, “suatu ketika kami pergi kekuburan bersama Rasulullah Saw. Aku berada paling dekat dengan beliau. Beliau duduk didekat sebuah kuburan dan menangis. Aku menangis melihatnya, demikian juga orang-orang yang lain. ‘Mengapa kalian menangis ?’ tanya beliau. ‘Kami menangis karena engkau menangis,’ jawab kami. Beliau berkata, ‘Ini adalah kuburan ibuku, Aminah binti Wahb. Aku meminta ijin kepada Tuhanku untuk mengunjunginya, dan dia mengijinkan aku. Kemudian aku meminta izin-Nya untuk memohon ampunan untuknya, tetapi Dia menolak permintaanku. Oleh karena itu, aku pun merasakan derita kesedihan seorang anak.’
Dari cerita itu hendak menjelaskan, : Manusia selalu meminta apa yang menurutnya baik, namun dibalik kebaikan, tak mengerti keburukan apa yang akan terjadi. Sedang, Allah diniscayakan sangat mengetahui kebaikan dan keburukan yang hakiki.
Doa dapat dipanjatkan kapan saja dan dimana saja, sebelum tidur dan bangun tidur. Sebelum makan dan sesudah makan. Sebelum pergi dan setelah datang. Dalam keadaan perang maupun dalam keadaan damai. Bahkan sebelum dan sesudah melakukan hubungan intim dengan istri atau suami. Doa dipanjatkan oleh mereka yang sedang mengalami kegembiraan atau terkena musibah. Dipanjatkan pula oleh para pemimpin dan yang dipimpin. Bahkan para penindaspun sering berdoa dan mengatasnamakan Tuhan.
Doa adalah senjata ampuh orang-orang beriman. Bagi orang yang dihinakan, dinistakan, dianiayai atau termasuk orang-orang didzalimi, tak memiliki batas apapun dengan-Nya. Tak pula tabir hakekat dan syariatnya. Dari kedekatannya, Allah akan segera mengabulkan do’a-do’anya, maka hati-hatilah terhadap do’a dari orang-orang yang kita dzalimi. Oleh karenanya manusia dipersilahkan untuk mendoakan siapa saja yang menzaliminya, Tuhanpun sangat memaklumi dan mengabulkannya jika dilakukan oleh orang yang didzalimi.
Do’a dianjurkan untuk orang yang di dzalimi agar pasrah menerima, karena dengan cara melakukan pembalasan (fisik) hanya akan memancing pembalasan lainnya. Dengan berdoa Ia menyerahkan diri kepada Tuhan untuk mengambil hak-haknya yang ia sendiri tidak mampu mengambilnya. Namun do’a pun akan lebih cepat dikabulkan jika upaya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya senantiasa di ikhtiyarkan.
Dorongan Do’a
Ada kisah yang diceritakan dalam sejarah pertempuran di timur tengah. Ketika dalam suatu peristiwa penyerangan kedaerah barat, pasukan lawan dikejutkan dengan semangat yang dilakukan penyerangnya. Kemudian pasukan lawan mencoba mengirimkan intelijen untuk memata-matai kekuatan pasukan tersebut hingga bisa sedemikian tangguh. Dari hasil investigasi diperoleh informasi, ternyata dimalam hari pasukan tersebut berdoa sangat khusu seperti para pendeta, sedangkan disiang hari bertempur seperti singa luka. Kekuatan dan kekhusu’an cara berdo’a mampu memotivasi kekuatan pasukannya, dan bersungguh-sungguh melaksanakan apa yang ia panjatkan dalam do’anya.
Dari pelajaran ini diungkapkan pula, ada keterkaitan antara apa yang dido’akan dan perbuatan yang dido’akan. Sehingga lebih diutamakan jika do’a dan perbuatan memiliki korelasi yang jelas. Do’a akan membantu kesungguhan mencapai tujuan sedangkan perbuatan mempermudah jalan pencapaian tujuan itu.
Do’a dapat dipanjatkan dimanapun dan kapanpun. Karena Tuhan ada dimana-mana, ditempat anak-anak bermain, ditempat ibu yang berduka, ditempat orang miskin yang kelaparan, ditempat para koruptor berpesta pora, ditempat para pembantai berkumpul, bahkan ditempat manapun yang dikehendaki. Tuhan begitu dekat, seperti udara, seperti air, seperti tanah, seperti kenikmatan-kenikmatan ragawi, seperti gula dengan manisnya, seperti garam dengan asinnya, seperti apapun yang ada dalam bayangan dan kenyataan.
Kadang kala menusia memiliki aturan sendiri, sesuai apa yang di rasakan nyaman olehnya. Demikian pula cara berdo’a, manusia ada yang memilih waktu dan tempat yang tepat baginya. Penetapan ini membantu kekhusuan, ketenangan dan ketentraman. Darinya, manusia merasakan kedekatan dengan Tuhan, tanpa batas, tanpa tabir bahkan tanpa ada kata-kata yang terucap, kecuali dari batin yang riuh kehidmatan. Berdoalah dan bekerjalan !!!!!!!.
Jakarta, 19 Januari 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar