Jumat, 14 September 2012

Jathilan JARAN-e Gubernur

Boleh saja kita iri melihat negeri jiran didalam cara menghargai kesenian maupun menglaim kesenian yang berkembang dinegrinya, karena toh pangagung yang seharusnya ikut melestarikan dan mengembangkan malahan mencemoohkan, seperti kisah kesenian jatilan yang disebutnya ‘kesenian terjelek didunia’, padahal kesenian itu asli dari daerahnya, sungguh terlalu !!!!!!

Kesenian Jathilan Magelang, bisa didapatkan unsur estetis, spontanitas, edukasi, pluralitas (Jaringnews. com). atas sikap Bapak Gubernurnya, mungkin wajar jika para aktor jathilan ini ngrundel : “Kita kan hanya melestarikan pesan warisan nenek moyang, lha kok dimarahin Gubernur. Gimana tuh ?)”.

Dari Jaringannews. Com dikisahkan, pada hari itu mereka pentas tidak untuk memprotes secara verbal dengan caci maki ataupun poster. Menurut ketua Grup Jatilan Rukun Agawe Santosa (RAS) dari desa Sedayu Muntilan, Suhadi, mereka hanya ingin berpentas agar masyarakat Semarang dan gubernur Bibit Waluyo tahu penampilan mereka. "Kami tidak urusan kalau masih dibilang kesenian paling jelek sedunia. Biar wartawan, polisi, dan masyarakat yang menilai. Lebih bagus mana Jatilan Magelang dibanding tarian asal gerak dari konser dangdut koplo," kata Suhadi.

Peneliti budaya dari The Jateng Institute yang ikut mendampingi pentas itu, Andang Prasetya menyebutkan bahwa seni Jathilan adalah katarsis bagi masyarakat pedalaman.

"Sehari-hari mereka hidup dibebani kewajiban-kewajiban kepada negara. Wajar kalau meluangkan waktu untuk menghibur diri. Toh mereka juga jarang minta anggaran ke pemerintah. Kalaupun dianggarkan, saya yakin dimakan pejabat-pejabat birokrasi itu. Wajar kalau teman-teman tersinggung dengan statemen gubernur," kata Andang.

Andang menambahkan bahwa Jathilan Magelang termasuk masterpiece seni pertunjukkan sehingga gubernur harus meminta maaf kepada para pelaku seni itu. "Sebelum diklaim oleh negara lain. Sekarang sudah pada tahu kan, kenapa negara lain banyak klaim kesenian kita, itu dipicu ulah pejabat kita," kata Andang.

Menjelang jam 12.00, gamelan semakin rancak bertalu. Satu persatu para pemain sudah masuk dan membereskan sendiri propertinya. Hanya tinggal sekitar delapan pemain yang tersisa. Mereka sudah trance. Tiba-tiba Sriyanto yang berkostum hanoman terguling. Ia trance dan meminum air dalam kemasan. Akibatnya ia tersedak, air masuk hidung dan ia kejang mengalami kram perut. Suhadi dan Wido yang menjadi pawang segera menangkap Sriyanto. Dibacakan sedikit manteran Sriyanto segera sadar. Tapi kram perutnya belum pulih. "Saya tadi tak sempat sarapan," katanya.

Awak Jathilan Magelang sekitar 50 orang ini, memang berangkat pagi sekali agar tak terjebak macet. Untuk datang ke Semarang dan menyampaikan protes lewat pementasan, para anggota iuran dan mendapatkan dana Rp 3,5 juta. "Tak serupiah pun kami pernah mendapat duit dari pemerintah," kata Suhadi. Memang tragis kondisi kesenian rakyat kita. Sudah tidak dibina malah dihina dina. Tapi yang lebih tragis lagi pikiran Gubernurnya. Mungkin pikirannya gak nyampe atau tidak tahu, bahwa seharusnya dia pun ikut bertanggung jawab membina, bukan menghina dina, alias memercik air didulang. Memang kasihan Kang Mas Gubernur.

Tidak ada komentar: