Selasa, 22 Mei 2012

Upah Buruh

(TENTANG KEYNESIAN)

Depresi Ekonomi Dunia pada awal abad 20-an membawa pada pemikiran tentang gagalnya sistim perekonomian dunia. Ketika itu tak satupun teori dari Kaum Klasik dan Neo Klasik mampu menjelaskan dan memecahkan persoalan ini, bahkan banyak masyarakat yang berpikir tentang kebenaran dari teori Karl Marx yang dikemukakan pada abad ke-19. Marx meramalkan, bahwa ‘runtuhnya sistim ekonomi kapitalisme karena kelemahan yang melekat pada dirinya sendiri’. Hal ini antara lain disebutkannya, bahwa : ‘Syarat terpokok untuk hidupnya dan berkuasanya kelas borjuis, adalah terbentuknya dan bertambah besarnya kapital; syarat untuk kapital ialah kerja-upahan. Kerja-upahan semata-mata bersandar pada persaingan diantara kaum buruh sendiri. Kemajuan industri, yang pendorongnya dengan tak sengaja adalah borjuasi, menggantikan terpencilnya kaum buruh, yang disebabkan oleh persaingan, dengan tergabungnya mereka secara revolusioner, yang diperoleh karena perserikatan. Perkembangan industri besar, karenanya, merenggut dari bawah kaki borjuasi landasan itu sendiri yang di atasnya borjuasi menghasilkan dan memiliki hasil-hasil. Oleh sebab itu, apa yang dihasilkan oleh borjuasi ialah, terutama sekali, penggali-penggali liang kuburnya sendiri. Keruntuhan borjuasi dan kemenangan proletariat adalah sama-sama tidak dapat dielakkan lagi.’

Sampai dengan tibanya masa Depresi, banyak negara menggunakan teori Say (Jean Baptiste Say) sebagai penjelasan dari teori yang telah mapan, atau kelanjutan dari teori yang di kemukakan ADAM SMITH. Menurut Adam Smith, terdapat tiga faktor penyebab pertumbuhan ekonomi yang dapat memakmuran bangsa. Yaitu (1) Spesialisasi dan pembagian kerja; (2) Penggunaan modal (akumulasi modal); (3) Perdagangan bebas.

Pendapat tentang akumulasi modal terkait dengan distribusi pendapatan kepada tiga kelompok masyarakat, yang turut di dalam produksi nasional, yakni upah, laba dan bunga tanah. Dari kelompok masyarakat yang paling potensial untuk membentuk modal adalah Kapitalis. Laba yang diperolehnya berpotensi untuk membentuk tabungan, selanjutnya dapat dijadi kan akumulasi modal, guna perluasan usaha dan produksi di masa depan. Smith beranggapan, bahwa apa yang dihasilkan akan dikonsumsi, dan apa yang ditabungkan cenderung disalurkan menjadi permintaan terhadap barang modal baru untuk produksi selanjutnya. Pendapat ini kemudian dijabarkan oleh JEAN BAPTISTE SAY, kemudian dikenal dengan hukum Say. Menurut Say : SUPPLY CREATES ITS OWN DEMAND. Dengan pengertian lain, bahwa kecenderungan umum ialah tercapainya keseimbangan (equilibrium) antara permintaan dan penawaran, sehingga tidak terjadi kelebihan produksi dan pengangguran. Pendapat Say ini dijadikan sebuah jawaban oleh A.C. Pigou untuk menjelaskan penyebab depresi. Menurut Pigou pengangguran disebabkan oleh dua hal, yakni :
  • kaum buruh yang tidak bersedia menerima tingkat upah rendah; dan
  • para produsen besar dengan kekuatan monopolinya meng hambat persaingan pasar bebas. Sekalipun WORLD VIEW yang umum dianut adalah persaingan bebas, tanpa cam- pur tangan pemerintah.
Adalah JOHN MAYNARD KEYNES (1883-1946) muncul dengan gagasan World View yang baru, sebagaimana yang ditulis dalam buku THE END OF LAISSEZ-FAIRE (1926) . Menurut Keynes, INVISIBLE HAND dari ADAM SMITH perlu diganti dengan VISIBLE HAND dari pemerintah, dan dijabarkan kedalam kebijakan fiskal, di samping kebijakan moneter. Dibawah World View yang baru, masalah yang ditampilkan adalah :
(1) pengangguran;
(2) kebijakan baru adalah campur tangan pemerintah;
(3) peralatan analisis yang baru adalah efekctive demand, propentsity to consume, liquidity preference.

Resep menangkal pengangguran dikemukakan Keynes didalam karyanya tentang : THE GENERAL THEORY OF EMPLOYMENT, INTEREST AND MONEY (1936), yang merupakan rangkuman dari seluruh pendapat Keynes dari pengalamannya tentang kondisi perang dunia pertama dan kedua, yang melahirkan revolusi pemikiran ekonomi pada abad ke-20 hingga awal abad ke-21. Pada masa itu pula, atau tahun 1929 dunia sedang mengalami Depresi. Menurut Keynes : “jika Bendahara Negara mengisi botol-botol kosong dengan uang kertas bank, lalu menguburkannya cukup dalam ditambang-tambang batu-bara tua yang tidak digunakan lagi, kemudian menutupnya dengan sampah kota dan, berdasarkan prinsip persaingan bebas yang sudah diuji, menyerahkannya kepada perusahaan swasta untuk kemudian menggalinya, maka tidak ada lagi pengangguran, dan melalui dampak yang dimunculkannya maka pendapatan dan modal masyarakat mungkin akan menjadi lebih besar daripada jumlah yang ada. Memang lebih masuk akal untuk membangun rumah dan sebagainya ketimbang menguburkan uang tadi; tetapi kalau ada kesulitan politik dan praktis yang menghalanginya, adalah lebih baik melakukan apa yang dikatakan diatas ketimbang tidak melakukan apa-apa.”

Pendapat Keynes sepertinya memiliki pandangan yang lebih disenangi dari pemerintahan fasis saat itu, sehingga bukunya dalam edisi Jerman bisa lebih mudah diadaptasi ke kondisi negara ototalitarian dibanding teori produksi dari laissez-faire. Buku Keynes diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. Pada pasca perang dunia kedua WINSTON CHURCHIL berusaha menghalangi meluasnya pemikiran Keynes didalam kebijakan pemerintahan Inggris. Pada masa itu Churchil sangat dipengaruhi oleh pendapat FRIEDICH VON HAYEK, melalui bukunya THE ROAD TO SERDOM (1944). Memang Churchil dianggap sebagai pahlawan perang dunia kedunia namun didalam pemilu Inggris ternyata dapat dikalahkan CLEMENT ATTLE pada 1945. Dan Attle melanjutkan kebijakan ekonominya dengan menggunakan pemikiran Keynes.

Pemikiran Keynes tersebut kemudian diikuti oleh banyak negara. Pada tahun 1971 Amerika Serikat, masa pemerintahan RICHARD NIXON, secara resmi menyatakan Amerika Serikat melepaskan diri dari sistim standard emas, sesuai dengan anjuran KEYNES pada tahun 1920. Tetapi pemikiran ini kemudian memudar stelah terjadi stagflasi pada pertengahan 1970-an dan digeser oleh pemikiran Friedman, yang mengalami kejayaan sampai dengan tahun 1980. Dengan terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 2007 perhatian orang sekarang beralih kembali kepada pemikiran Keynes. Sampai saat ini, apapun alasannya, kombinasi Visible Hand dan Invisible Hand telah mampu membuktikan, bahwa sistim kombinasi ini mampu mengatasi pengangguran dan sekaligus menghadapi kerusakan alam.

MASALAH PENGANGGURAN
Menurut Keynes, teori klasik hanya berlaku pada kasus khu sus, tidak berlaku umum. Kondisi yang diasumsikannya ha-nya terbatas pada satu dari sejumlah kemungkinan adanya keseimbangan antara suply dan demand. Ciri-ciri kasus khu- sus yang diasumsikan tersebut berbeda dari kenyataan eko nomi didalam mana kita berbeda. Hal mana ajarannya sesat dan membahayakan jika kita berusaha menerapkannya.

Keynes mengemukakan pula, bahwa yang dimaksud dengan kaum klasik menurutnya sangat berbeda dengan pendapat Marx. Kritik Marx menurut Keynes hanya terbatas terhadap James Mill dan Ricardo, serta Adam Smith, tidak terhadap seluruh kaum Klasik, sedangkan Keynes memperluas kritikannya terhadap kaum klasik sampai kepada para pengikut David Ricardo, seperti John Stuart Mill, Alfred Marshall, Edgeworth dan A.C. Pigou. Keynes memiliki pemahaman dan indikator tersendiri tentang kaum Klasik. Dan memang masuk akal ketika dilihat masa Marx dan Masa Keynes yang terpaut cukup lama.

Teori Klasik sebagaimana dijelaskan dalam hukum SAY mengemukakan tentang SUPPLY CREATES ITS OWN DEMAND, atau kecenderungan umum ialah tercapainya keseimbangan antara permintaan dan penawaran, sehingga tidak terjadi kelebihan produksi dan pengangguran. Teori ini dirumuskan kembali oleh JAMES MILL. Menurut Mill, dengan terus meningkatkan penggunaan sumberdaya yang belum terpakai, produksi akan terus meningkat hingga semua sumberdaya habis terpakai, yakni pada saat tercapainya kesempatan kerja penuh (FULL EMPLOY-MENT), sehingga tidak mungkin terjadi pengangguran sukarela (VOLUNTARY UNEMPLOYMENT). Jika terjadi pengangguran, hal ini disebabkan oleh FRICITIONAL UNEMPLOYMENT atau belum terjadi penyesuaian (FRICITIONAL UNEMPLOYMENT). Seperti seseorang disuatu daerah menganggur namun masih ada lowongan kerja didaerah lain yang belum diketahuinya. Setelah pergi kesana maka ia pun bisa bekerja. Kemudian yang dimaksud dengan pengangguran sukarela (VOLUNTARY UNEMPLOYMENT), seperti adanya seseorang yang tidak mau bekerja karena tidak menerima diberi upah murah. Namun jika ia bersedia maka tidak lagi ada pengangguran.

Karl Mark meramalkan, bahwa VOLUNTARY UNEMPLOYMENT akan terjadi akibat keadaan kaum buruh yang tertindas. ketertindasan ini menimbulkan kesadarannya. Kesadaran buruh dilanjutkan dengan cara mengorganisir diri kedalam suatu gerakan dan menambah ting katsoliditas yang cukup tinggi. Para majikan tidak lagi dapat mempermainkan mereka secara semena-mena, dengan membuat persaingan diantara sesama kaum buruh, untuk kemudian diberi upah murah. Kaum buruh membuka kas untuk saling membantu ketika diantara mereka tidak memiliki pekerjaan. Kaum buruh yang tidak memiliki pekerjaan tidak lagi mencari pekerjaan hanya sekedar mencari upah murah dan mengalahkan buruh lainnya. Marx menjelaskan pula, bahwa kesadaran kaum buruh yang tidak mau diberi upah murah. Terjadinya pemberian upah murah akibat sistim kapitalisme, yang menentukan perhitungan upah berdasarkan upah minimum, yaitu jumlah ba han-bahan keperluan hidup yang mutlak diperlukan untuk mempertahankan buruh sebagai seorang buruh dalam hidup sekedarnya. Oleh karena itu, apa yang telah dimiliki oleh buruh-upahan berkat kerjanya, hanyalah cukup untuk memperpanjang dan melanjutkan lagi hidup yang sekedarnya itu ”.

Marx menjelaskan pula tentang adanya pengangguran yang termasuk pada tentara industri cadangan. Setiap saat dapat menggantikan posisi para VOLUNTARY UNEMPLOYMENT dengan bayaran upah murah. Pembentukan tenaga cadangan ini disebabkan oleh sulit kaum buruh mendapatkan pekerjaan untuk bertahan hidup. Oleh karenanya tidak ada pilihan selain menerima kerja dengan bayaran upah murah. Tenaga cadangan ini pula yang menghambat pembentukan kesadaran kelas.

MASALAH PENGUPAHAN DAN PENGARUHNYA 
Ramalan Marx seperti diatas banyak yang mengkhawatirkan akan benar-benar terjadi ketika terjadi pengangguran besar-besaran, akibat depresi tahun 1929. Disisi lain Kaum Klasik, seperti PIGOU menjelaskan, bahwa masalah ini terjadi akibat kekakuan tingkat pengupahan. Pertama, serikat buruh tidak mau menerima upah rendah. Jika mereka mau menerima upah rendah maka permintaan terhadap tenaga kerja akan meningkat, sehingga pengangguran dapat diturunkan. Kedua, pengusaha besar (kapitalis) meningkatkan monopolinya, se hingga mereka lebih leluasa menentukan harga, tidak menda sarkan pada harga pasar. PIGOU pada akhirnya menawarkan penurunan tingkat upah. Dengan penurunan upah maka permintaan tenaga kerja akan bertambah.

Sumbu horizontal diatas mengukur jumlah tenaga kerja yang berpeluang berada pada volume kesempatan kerja penuh (Full N). Sumbu Vertikal mengukur tingkat Upah. Pada tingkat upah W1 jumlah permintaan terhadap tenaga kerja hanya sebesar L1, sehingga ada pengangguran. Dengan menurunkan Upah (W2), jumlah permintaan terhadap tenaga kerja meningkat (L1 ke L2), sehingga pengangguran menurun, walaupun belum sepenuhnya hilang, karena masih ada dibawah tingkat kesempatan kerja penuh (dibawah Full N).

Pendapat PIGOU tersebut ditentang oleh KEYNES, bekas muridnya. Menurunnya tingkat upah akan menurunkan pendapatan buruh. selanjutnya akan menurunkan permintaan mereka terhadap barang yang dihasilkan produsen (Kapitalis), sehingga tidak merangsang peningkatan produksi dan kesempatan kerja.
  
Pada gambar diatas nampak, jika tingkat upah diturunkan dari W1 Ke W2 maka pendapatan kaum buruh akan menurun, se hingga permintaan buruh terhadap barang-barang yang diha silkan produsen menurun. Akibatnya, kurva permintaan terha dap tenaga kerja bergeser kekiri, sehingga volume kesempat an kerja tidak meningkat melainkan sama dengan sebagaimana posisi sebelumnya.

Keynes meneliti pula tentang faktor-faktor yang menentukan pendapatan nasional setiap saat, bukan hanya pada peristiwa terjadinya kesempatan kerja penuh. Pada saat tertentu volume kesempatan kerja dan pendapatan nasional ditentukan oleh keseimbangan antara AGGREGATE DEMAND (AD) dan AGRE GATE SUPPLY (AS).


  • AD = permintaan terhadap seluruh barang konsumsi (D1) dan barang Investasi (D2) pada suatu volume kesempat an kerja dan pendapatan nasional tertentu.
  • Jika AD lebih besar dari AS maka ada rangsangan bagi para produsen memperbesar produksinya pada volume ke sempatan kerja yang lebih tinggi, yang menghasilkan pendapatan nasional yang lebih tinggi.
  • Jika AD lebih rendah dari AS, maka produsen akan menurunkan produksinya, sehingga volume kesempatan kerja dan pendapatan nasional menurun.
  • pada saat AD sama dengan AS terjadi keseimbangan, dan keseimbangan tersebut belum tentu berada pada volume kesempatan kerja penuh. AD pada tingkat keseimbangan itu dinamakan EFFECTIVE DEMAND. 
Dari rumus Keynes diatas akan nampak, bahwa pendapatan nasional hanya dapat meningkatkan dengan peningkatan volu me kesempatan kerja. Jika terjadi peningkatan volume kesempatan maka terjadi pula peningkatan nasional pendapatan nasional. Namun kenaikan pendapatan nasional tersebut belum tentu digunakan seluruhnya untuk peningkatan AD.

Keynes menyebutkan adanya tiga faktor yang menghambat kenaikan pendapatan nasional. Pertama kebiasaan masyarakat dan dunia usaha, dimana setiap pendapatan cenderung tidak diikuti kenaikan konsumsi yang sama besarnya. Dalam arti kata : MARGINAL PROPENSITY TO CONSUME (MPC) lebih kecil dari satu (MPC < 1).

Kedua, Keynes menyebutkan adanya perangkap (LIQUDITY TRAP). Menurut Keynes, permintaan terhadap uang kertas untuk keperluan berbagai motif dinamakan LIQUIDITY PREFERENCE. Motif-motif tersebut, antara lain motif untuk memenuhi transaksi (transactions motive) ; motif kehati-hatian untuk memenuhi kebutuhan yang tidak disangka-sangka (PRECAUTIONARY MOTIVE); motif menyimpan uang untuk sewaktu-waktu berspekulasi memperoleh keuntungan dari perubahan pasar (SPECULATIVE MOTIVE).

Ketiga, akibat menurunnya tingkat MARGINAL EFFICIENCY OF CAPITAL (MEC). Yang dimaksud MEC untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang diperoleh dari tambahan satu unit barang investasi, setelah dikurangi semua biaya, kecuali biaya bunga (INTEREST COST). Meningkatnya investasi akan menurunkan MEC. Produsen akan meningkatkan investasi jika MEC lebih besar dari biaya bunga. Produsen akan menghentikan investasi baru ketika MEC sama besar dengan biaya bunga.

Dari uraian diatas Keynes menyimpulkan tentang seharusnya pemerintah menanggulangi pengangguran.
  • Pertama, didalam kebijakan Fiskal (FISCAL POLICY), pemerintah harus menurunkan pungutan pajak dan menaikan pengeluaran pemerintah. Penurunan pajak akan mendorong kenaikan konsumsi dan menurunnya biaya produksi, sehingga produksi dapat didorong. Peningkatan pengeluaran pemerintah berarti menaikan pendapatan masyarakat yang dapat mendorong konsumsi dan produksi.
  • Kedua, kebijakan yang dinamakan kebijakan moneter (MONETERY POLICY). Dalam kebijakan ini pemerintah mempengaruhi jumlah uang yang beredar serta tingkat bunga. Kebijakan ini ditujukan kepada penurunan biaya produksi sehingga produksi dapat ditingkatkan.
Dengan demikian, dari sisi manapun Keynes tetap berpendapat dan mampu membuktikan, bahwa penurunan Upah Buruh bukan solusi untuk menanggulangi pengangguran. Dalam hal ini diperlu kan adanya campur tangan pemerintah (Visible Hand) dalam bentuk penurunan pungutan pajak dan meningkatkan biaya pemerintah, sebagaimana yang dilakukan pemerintahan Obama (Amerika Serikat) saat ini.

Tidak ada komentar: